melewati jalan yang pekatnya seperti ini
aku dan dia masih lagi bisa bercanda,
sesedu apapun hatiku sesedih apapun jiwanya,
kami berdua membaur dalam artii Sahabat
aku dan dia masih lagi bisa bercanda,
sesedu apapun hatiku sesedih apapun jiwanya,
kami berdua membaur dalam artii Sahabat
entah dari mana dulu dia datang
yang pasti dia yang pernah menopangku saat aku tertatih
saat segalanya pudar dan menjauh,
tak akan pernah habis kisahku tentang dia,
perjalanan langit bulan dan matahari menjadi setia menemani kisah kami kisah yang terkadang tak indah
namun slalu terselip canda di dalamnya
tak ada sekat tak perlu di tutup
mati rasanya urat malu itu terbungkus rapi oleh kejujuran
meski terkadang ada dusta sesaat
namun pasti semuanya akan menjadi kenangan yang lekat dengan senyuman
yang pasti dia yang pernah menopangku saat aku tertatih
saat segalanya pudar dan menjauh,
tak akan pernah habis kisahku tentang dia,
perjalanan langit bulan dan matahari menjadi setia menemani kisah kami kisah yang terkadang tak indah
namun slalu terselip canda di dalamnya
tak ada sekat tak perlu di tutup
mati rasanya urat malu itu terbungkus rapi oleh kejujuran
meski terkadang ada dusta sesaat
namun pasti semuanya akan menjadi kenangan yang lekat dengan senyuman
dunia itu biru lajunya penuh dengan intrig
sama dengan kerasnya gelombang di lautan artik,
namun dia datang warnai duniaku mengajakku berlayar bersama mengenal lautan kehidupan,
bermacam rupa bermacam hati sudahpun kami jumpa,
tak pernah lelah sedia membagi hati mengerti saling melengkapi andai ada ruang hampa tak terisi,
sedari mentari masih lagi menyapa dunia,
embunnya pun masih basah sudah kami tulis cerita
tentang kuntum yang hendak menjadi bunga
tentang seorang sahabat yang mempunyai cita cita,
tak habis di kikis teriknya mentari
bersama membagi mencari sesuatu untuk mengusir dahaga ,
hingga berjumpa dengan senja
ada hati di sini
yang warnanya membaur dengan indah ataupun sedu sedannya jingga, tentang senja
tentang hati tentang cinta
tentang sesuatu yang hanya bisa di rasa
diartikan dari sorot dan bahasa jiwanya
sama dengan kerasnya gelombang di lautan artik,
namun dia datang warnai duniaku mengajakku berlayar bersama mengenal lautan kehidupan,
bermacam rupa bermacam hati sudahpun kami jumpa,
tak pernah lelah sedia membagi hati mengerti saling melengkapi andai ada ruang hampa tak terisi,
sedari mentari masih lagi menyapa dunia,
embunnya pun masih basah sudah kami tulis cerita
tentang kuntum yang hendak menjadi bunga
tentang seorang sahabat yang mempunyai cita cita,
tak habis di kikis teriknya mentari
bersama membagi mencari sesuatu untuk mengusir dahaga ,
hingga berjumpa dengan senja
ada hati di sini
yang warnanya membaur dengan indah ataupun sedu sedannya jingga, tentang senja
tentang hati tentang cinta
tentang sesuatu yang hanya bisa di rasa
diartikan dari sorot dan bahasa jiwanya
sahabatku
sedia mengambilkan cahaya bulan memindahkan cahayanya di gelapnya kesedihan yang pernah menderaku,
bercerita tentang masa dulu antara aku dan dia jauh berbeda
namun selaras saat gelak canda itu hadir mengisi sesuatu yang terkadang masih lagi mencipta benang merah,
sedia mengambilkan cahaya bulan memindahkan cahayanya di gelapnya kesedihan yang pernah menderaku,
bercerita tentang masa dulu antara aku dan dia jauh berbeda
namun selaras saat gelak canda itu hadir mengisi sesuatu yang terkadang masih lagi mencipta benang merah,
aku dan sahabatku kekal bagai nadi dan jiwa detaknya selaras,kami tak pernah membalas setiap dari pada apa yang mereka beri lukanya samar namun dalam membekas.aku dan sahabatku historinya lekat dengan canda dan duka keduanya terbingkai indah teramat indah ......tak tersentuh oleh siapapun tersimpan rapi di dinding jiwa kami sendiri-sendiri dia membawanya jauh hingga ke andromeda ...sedang aku tetap setia membacanya di sini di tataran Inderaloka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar